Dapat uang melalui internet

Selasa, 23 April 2013

Masa Muda Rasulullah SAW

Pengasuhan Abdul Muthalib terhadap cucunya Muhammad Saw. tetap berlangsung ketika ia menyerahkan urusan tersebut kepada anaknya, Abu Thalib. Sebab, ia tahu bahwa Abu Thalib akan mengasuh kemenakannya  dengan cara yang terbaik. Meskipun miskin, Abu Thalib dianggap termulia di antara saudara-saudaranya dan memiliki kedudukan paling terhormat di mata kaum Quraisy. Di samping itu, Abu Thalib adalah saudara sekandung Abdullah. Hal ini semakin menambah kuatnya hubungan darah dengan Muhammad Saw. dan juga memperkuat tali kasih sayang dan cinta kepadanya.

Abu Thalib menerima tanggung jawab ini dengan penuh bangga dan mulia. Istrinya yang baik, Fatimah bin Asad, turut pula membantunya. Mereka berdua lebih mendahulukan Muhammad dalam nafkah dan pakaian daripada diri mereka, bahkan anak-anak mereka sekalipun. Nabi Saw. telah mengungkapkan hal itu saat meninggalnya Fatimah binti Asad. Beliau berkata: “Hari ini ibuku meninggal.” Nabi Saw. mengkafaninya dengan pakaiannya dan meletakkan di liang lahatnya.

Sejak wafatnya Abdul Muthalib, tugas berat Abu Thalib dalam menjaga Nabi Saw. pun telah dimulai. Beliau menjaganya dengan harta, jiwa dan kedudukannya semenjak masa kecilnya. Abu Thalib membela dan menolongnya dengan tangan dan lisannya sepanjang hidupnya, sehingga Muhammad Saw. tumbuh dan menerima wahyu serta  menjelaskan risalah (agama) secara terang-terangan.

Masa Muda Rasulullah SAW
Para Imam Ahlul Bait a.s. tidak meriwayatkan suatu hadis yang menunjukkan bahwa Rasulullah Saw. memang mengembala domba di masa kecilnya. Memang benar ada riwayat dari Imam Ash-Shadiq a.s. yang menjelaskan bahwa para nabi umumnya mengembala domba, dan hikmah hal tersebut—sebagaimana disebutkan dalam riwayat itu—adalah: “Allah tidak mengutus seorang nabi pun kecuali ia mengembala domba. Dengan itu, Dia mengajarinya cara mengembala (memberikan pertunjuk kepada) manusia.”

Begitu juga terdapat riwayat lain yang dinisbatkan kepada Imam Ash-Shadiq as yang menjelaskan hikmah membajak tanah (bercocok tanam) dan mengembala, yaitu: “Sesungguhnya pekerjaan yang disukai oleh Allah Azza wa Jalla bagi para nabinya ialah bercocok tanam dan mengembala. Yang demikian itu supaya mereka tidak membenci sedikit pun dari air langit (air hujan).”

Diriwayatkan juga bahwa Rasulullah Saw. tidak pernah menjadi buruh (upahan) seorang pun.

Riwayat ini menunjukkan bahwa beliau tidak pernah mengembalakan kambing penduduk Mekkah dengan harapan mendapatkan upah, sebagaimana diklaim oleh sebagian sejarawan yang menyatakan bahwa beliau pernah mengembalakan kambing penduduk Mekkah, dengan merujuk kepada hadis yang terdapat dalam Shahih Al- Bukhari.

Bila ternyata kita mampu membuktikan bahwa beliau memang pernah mengembala kambing di masa kecilnya atau di masa remajanya, maka sebab hal itu—sebagaimana disebutkan dalam hadis yang diriwayatkan dari Imam Ash-Shadiq a.s.—adalah persiapan Ilahi terhadap beliau melalui pelaksanaan suatu aktifitas yang membuatnya mampu di kemudian hari untuk mencapai kedudukan yang tinggi dari kesempurnaan yang digambarkan oleh Allah dalam firman-Nya: “Dan sesungguhnya pada dirimu terdapat suatu budi pekerti yang luhur.” Yaitu kesempurnaan yang menjadikannya siap untuk memikul beban risalah Ilahi yang menuntut pengembalaan (pengasuhan) manusia dan pendidikan mereka serta kesabaran dalam menanggung derita saat memberikan petunjuk dan membimbing mereka.

ads

Ditulis Oleh : latoa.com Hari: 04.28 Kategori:

0 komentar:

Posting Komentar

 

Kategori

Postingan Populer

Komunitas Blogger Maros